Minggu, 06 September 2009

Tak Pernah Kembali

Siang itu rencananya Calon suamiku akan datang kerumah untuk acara lamaran, sengaja kemarin malam aku pulang kerumah, atas dasar permintaan mamah dan bapak, padahal hari seninnya aku ada UAS di kampus. Tapi tak apalah, aku pasrah dengan skenario mereka. Jujur aku tak pernah sekalipun mengenali laki-laki yang dipilihkan oleh orang tuaku, tapi aku percaya bahwa dia adalah pria baik-baik, meskipun aku merasa remuklah semuanya, hatiku dan masa depanku. Malang sekali nasibku sebagai perempuan. Seolah aku dipaksa membunuh semua cita-cita dan perasaanku.
Hp bunyi, ternyata SMS dari sahabat-sahabatku.
” Oma, sabar,,pasti Alloh punya rencana lain dibalik semua ini. Oma harus percaya dan berfikir positif bahwa semuanya akan berakhir bahagia,,,kita yakin Oma tegar..” tangisku meledak saat itu juga.
”tidak,,tidak,,aku tidak boleh diam,,aku harus melakukan sesuatu! Tuhan berikan aku kesempatan sekali ini saja, berikan aku pilihan” teriak hatiku. Sakit sekali dada ini menahan jutaan emosi yang selama ini aku pendam, aku akan tumbang!!
”teteh,,sabar ya,,fitri akan terus berdoa dan berharap teteh bahagia. fitri juga sebetulnya sedih melihat teteh seperti ini, tapi fitri juga bingung harus bagaimana..
Maafin fitri..”
”Tri percaya kamu perempuan kuat” Sms singkat dari Oma Tri.
Lalu datang lagi SMS dari Dodi.
”sobat, enyong percaya kamu kuat dan bisa mengatasi semua ini. Jalanilah hidupmu dengan senyuman, tunjukan pada enyong dan bahkan tunjukan juga pada tuhan kalau kamu bahagia! Jaga dirimu baik-baik ya,,. Jika saat nanti kamu tidak bahagia, carilah kami...”
”Tuhan, lihatlah aku tidak pernah mendurhakai Engkau! Tidakkah Engkau Iba pada manusia lemah ini? Sekarang apa yang akan Engkau coba lagi padaku?” rutukku dalam hati.
Ketika aku melihat mamah yang sibuk memasak untuk menyambut lamaran ini, aku hanya terdiam, sambil terkadang menghirup udara dalam-dalam agar air mataku tak jatuh. Perasaanku kalut, apa aku harus bahagia dengan skenario mereka ataukah harus memberontak menuntut kebebasanku sendiri, ah,,tau apa mereka tentang kebahagiaanku meskipun mereka adalah orang tuaku. Terkadang aku benci dengan sikapku yang lemah dan terlalu penurut, meskipun aku tahu jiwa dan pikiranku adalah seorang pemberontak dan liar, tapi perasaan sayang kepada mereka mengalahkan benteng pertahananku, kapan lagi aku bisa membahagiakan mereka??
Waktupun terus berlalu, orang yang kami tunggu ternyata tak kunjung datang, jauh didalam hatiku ada sedikit kegelisahan, sesekali aku bertanya kenapa belum datang juga? dan mamah hanya bisa menjawab ” tunggulah sebentar lagi, dia mungkin sibuk dengan proyeknya di Jakarta” . Aku tak pernah mengharapkan perjodohan ini tapi kenapa sekarang baru aku merasakan kegelisahan yang sangat? atau ini hanya rasa penasaranku terhadap sosoknya yang masih asing dan belum pernah kulihat?
Jam menunjukan pukul 3 siang, hatiku semakin gelisah, gelisah dengan keterlambatannya dan gelisah karena aku belum belajar menghadapi ujian besok. Hingga akhirnya aku mantap untuk pergi saja ke Kosan lagi dari pada harus berlama-lama menunggu sesuatu yang belum pasti.
”Mah, aku pergi saja ke Bandung, soalnya besok ada ujian, nan belum belajar”
”Ya,,udah, pergi saja ke Bandung, ibu senang kamu bisa memilih pilihan yang tepat. dahulukan saja kuliahmu, soal ini biar mamah sama bapak yang mengurus” jawabnya. Aku mengangguk.
”Kabari nanan kalo ada apa-apa ya, nan serahkan semua keputusan pada mamah sama bapak, dan sama Alloh saja, nan percaya kalian akan memberikan yang terbaik” ucapku sebelum berangkat menuju stasiun.
Ketika kereta membawaku pergi dengan melintasi persawahan yang luas, dan ditengah sinaran matahari senja, tanpa terasa air mataku jatuh satu persatu, hingga akhirnya tangisanku semakin menjadi-jadi, untunglah sepi, jadi aku bisa bebas meluahkan segalanya.
Kutatap senja yang cahayanya menimpa pipiku yang basah oleh air mata, mencoba agar tetap kuat ketika aku menerima SMS dari bapak kalo lamaran tidak jadi sekarang karena dia harus secepatnya pergi lagi ke Ambon menyelesaikan tugasnya. Ah....tuhan, inilah skenarioMu yang siapapun tak bisa merubahnya. Dan pada senja dihari itu aku menangis, antara bahagia dan kecewa..
” Seriuskan dia dengan semua ini? kenapa bisa begini jadinya tuhan??? rencana seperti apalagi yang akan Engkau buatkan untukku?”
Dan setelah 4 bulan berlalu setelah kejadian itu, dia tak pernah memberi kabar kepada keluargaku atau kepadaku, sudah bisa aku tentukan kemana arah hatiku, bahwa aku tak akan pernah menyerah pada laki-laki seperti itu yang hanya bisa menggantungkan perasaan perempuan, aku yakin bukan aku saja yang kecewa tapi kedua orang tuaku yang merasa dipermainkan, aku berjanji, tak akan memilih dia lagi jika suatu hari dia datang kembali dengan tiba-tiba,,
Aku yakin,,diwaktu yang ’senggang’ dan ’kosong’ ini, Alloh tengah mempersiapkan seseorang yang lebih baik darinya,,


Sebagian orang berharap menikahi laki-laki yang mereka cintai
Tapi doaku sedikit berbeda, dengan rendah hati aku berdoa kepada tuhan agar aku mencintai laki-laki yang menikahiku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar