Minggu, 04 Juni 2017

Hal yang dibenci allah.

Perceraian.
Allah sangat membenci hal itu, meski Dia mengahalalkan.
2 orang semula diikatkan atas nama tuhan, namun kemudian memutuskan untuk berpisah. Itu mungkin yang membuat tuhan sedih. Sehingga tuhan membencinya .
Adanya banyak kisah dibalik berpisahnya dua insan. Ada banyak alasan yang kemudian menjadi alasan mereka berpisah.
Meski anak yang lucu dan sehat pun tak mampu menyatukan keduanya kembali.
Oh, tuhan... jangan pernah terus menerus menyalahkan kami kaum perempuan. Kami tak pernah sedikit pun untuk pernah mau membangkang terhadap suami. Namun, apa daya kami, jika sang nakhoda tak mampu membawa bahtera ke tempat yang lbh aman bagi kami.
Jangan mengutuk kami sebagai perempuan terlaknat karena menggunggat sang nakhoda yang gagal membawa bahtera dan penumpangnya kepada jalan yang semestinya.
Apakah lelaki diciptakan untuk tak mendengar jeritan perempuannya?
Apa lelaki diciptakan begitu egois sehingga cenderung merendahka perempuannya ?
Wahai lelaki, bisa saja kau renggut segalanya dariku,masa mudaku, kesetiaanku, hartaku dan kebahagiaanku.
Namun kau takkan pernah bisa merenggut anakku. Dia adalah masa depanku.
Silahkan kau ambil semuanya, tapi sisakan 1 saja untukku, yaitu anakku.
Aku tidak minta apa2 lagi..
Aku akan hidup deminya
Jangan pisahkan aku dari dia.
Aku akan mati jika kau pisahkan aku dari anakku.
Silahkan kau menikah lagi, bangun keluarga baru. Berbahagialah..
Tapi, aku hanya akan hidup dan menyisakan usiaku hanya untuk membesarkan anakku. Itu sudah cukup.

Aku adukan kau pada tuhanku.

Bisa apa kamu bila ku adukan sikapmu pada tuhanku?
Sikapmu tak adil, ku adukan pada yang maha adil.
Mana janjimu untuk memperlakukan aku dengan baik? Tak seperti ketika kamu lantang mengikrarkan ijab kabul.
Mana hormatmu setelah ku kandung dan kulahirkan anakmu?
Mana sayang yang kau berikan saat ku menyusui dan merawat anakmu dengan baik?
Akan ku gugat kau kepada tuhanku!
Setelah perlahan-lahan kamu merenggut hak hak ku sebagai istri.
Sedikit demi sedikit kau penggal kewajibanmu.
Mungkin kamu merasa sudah melakukan hal yang benar, tanpa pernah mempertimbangkan bagaimana aku dan anakmu. Bagaimana pendapatku, bagaimana cara mengahargaiku, cara bagaimana menghormatiku, cara bagaimana kau memperlakukanku dengan ma'ruf.
Apa kelak di hadapan allah kau sudah siap memberi jawaban ? Saat Dia bertanya apa kau sudah memenuhi hak ku dengan layak? Apa kau sudah benar2 menafkahiku dengan ma'ruf?
Bisa apa kau jika kenyataannya aku harus begitu susah payah menyambung hidup, menjamin anak kita, sedang kau sibuk untuk urusan saudara2mu yang bukanlah kewajibanmu.
Apa nanti kelak tuhan akan bertanya dan menuntut pertanggung jawaban kepadamu mengenai adik2mu? Tidak.. karena mereka adalah tanggung jawab orang tuanya.
Yang akan tuhan tanyakan adalah aku dan anakmu.
Bisa apa jika ku gugat kau kepada tuhanku?
Padahal akulah satu2nya perempuan yang siap menemanimu sampai maut. Tapi kamu sudah mengabaikanku.