Jumat, 01 Maret 2013

9 Perempuan Semesta

Perempuan pertama..

Berdiri mematung di depan jendela dapur, tatapannya kosong mengamati ke 2 jagoan kecilnya yang tengah asyik bermain ditaman belakang rumah, sementara pisau dapur yang digenggamnya dan irisan wortel terbiar begitu saja. Lagi-lagi yang terpikir adalah hatinya yang bisa dikatakan 7 tahun sejak pernikahannya dirasakan telah mati. Suami yang telah bersamanya selama ini, yang telah memberikan apa saja demi kebahagiaannya masih belum bisa membuat hatinya bergetar sedikitpun. Malam-malam yang dilalui tanpa cinta, terasa hambar, yang selama ini diberikannya hanya sebuah pengabdian dan kewajiban, padahal apa yang kurang dari hidupnya sekarang? Ada suami yang begitu baik dan mencintainya, ada anak-anak yang sehat dan lucu, ada rumah besar yang melindunginya, ada banyak fasilitas yang memanjakannya… namun masih saja Nol dimata hatinya.. “ Katakan.. bagaimana agar bisa membuatmu jatuh cinta padaku?” kata itu meluncur dari mulut suaminya, tatkala sang istri hendak pergi ke rumah orang tuanya, meninggalkan ke dua anak yang menangis tak rela untuk ditinggalkan. Tak ada kata yang keluar dari sang istri, dengan dingin langkahnya berlalu meninggalkan semuanya.

**

Perempuan kedua..

Sebuah guci kecil hancur didepannya, terdengar tangis dan teriakan yang menyakitkan dari seorang perempuan tatkala pukulan demi pukulan membabi buta ditubuhnya, tak ada perlawanan sama sekali, padahal ini bukan kali pertamanya dia dijadikan pelampiasan kemarahan suami yang telah menikahinya selama 4 tahun. Tak ada yang tahu kalau sejak satu tahun pernikahannya, perilaku sang suami berubah drastis menjadi sangat emosional, berbeda sekali ketika masa pacaran dulu. Bahkan tembokpun seakan bisu menyaksikan setiap penyiksaan itu terjadi, semuanya bungkam termasuk sang istri. Perempuan itu tak berani untuk bercerita kepada siapapun tentang selama ini yang telah dialaminya.. Selalu saja mengelak ketika para tetangga atau keluarga bertanya tentang luka lebam yang menghiasi wajah atau tubuhnya.. Begitupun, perempuan itu tak berani untuk mengajukan cerai, berusaha sekuat tenaga untuk tetap mempertahankan pernikahannya.. “Karena aku terlalu mencintainya..”

**

Perempuan ke tiga “Tuhan.. aku ingin menikah, walaupun dengan siapapun..!” sang gadis yang kini genap berusia38 tahun itupun melingkari angka 23 di Kalender kamarnya. Ada butiran air mata melintasi pipinya yang sedikit demi sedikit berkeriput. Dia sangat ingin mempunyai suami dan anak, seperti ke 4 adiknya yang telah bahagia bersama keluarganya masing-masing. Selama ini bukan tak ada pemuda yang mendekatinya, hanya saja selalu ada peristiwa yang membuat mereka urung untuk menikahinya, dan itu sangat menyakitkan, terlebih dia sangat muak dengan komentar-komentar pada tetangga yang menyebutnya “Perawan Tua”.


**
Perempuan ke empat

“Maukah kamu menjadi istriku?” kata indah itu langsung melumpuhkah hati sang gadis. Dihari ulang tahunnya yang ke 18, bertepatan saat dia baru lulus SMU ternyata kekasih yang selama ini dipacarinya yang usianya 10 tahun lebih tua mengajak menikah.. Sangat tidak diduga, ini suatu kejutan yang sangat membahagiakan.. disaat banyak perempuan yang telah matang belum juga menikah ternyata dirinya dimudahkan untuk meraihnya. Cincin indah itupun melingkar dijari manis sang gadis, lalu sang kekasih mengecup dahinya.. “I Love You..”
**

Perempuan ke lima

Langkahnya gontai, sudah seharian ini dia berjalan sangat jauh dengan membawa koper yang cukup berat, gadis berbadan dua ini bingung hendak kemana malam ini dan malam-malam selanjutnya dia berlindung. Pagi kemarin dia di usir oleh keluarga saat tahu dirinya hamil oleh sang pacar yang tak mau bertanggung jawab yang kini entah ada dimana. Banyak hal yang menghantui pikirannya, ada rasa marah, dendam, benci dan rasa bersalah.. ada pilihan yang pikirkannya. mengaborsi kandungannya, bunuh diri atau membesarkan sang anak tanpa ayah.. “ Aku menyesal memberikan semuanya untukmu.., dimana kamu sekarang?” Dia teringat ketika sang pacar merengek-rengek minta bukti cinta kepada sang gadis dengan mempertaruhkan kesuciannya!

**

Perempuan ke enam Disudut ruangan kosong yang berukuran 5x4 meter itu terdapat seorang perempuan dengan rambut kusut dan pakaian yang lusuh, wajahnya pun terlihat sangat tak terurus, dia seharian tetap seperti itu, posisinya tak pernah berubah. “Dia akan berteriak dan mengamuk ketika mendengar suara anak kecil” “Kenapa?” “Dulu, 5 tahun yang lalu dia mengalami perkosaan dan melahirkan anak yang tak pernah diinginkannya. Mungkin, suara anak-anak mengingatkannya pada peristiwa kelam itu..” “Lantas dimana anaknya sekarang?” “Meninggal, saat dilahirkan” “Meninggal?” “Iya, meninggal dibunuh ibunya” terjawablah. Dan tak ada kata-kata lagi. “Perempuan yang malang..” ucap Psikiater sambil menutup pintu kamar no 9 Rumah Sakit Jiwa Sariningsih.

**

Perempuan ke tujuh

Kepulan asap rokok hampir memenuhi seluruh ruangan mungil yang telah ditempatinya selama 8 tahun, sejak ayah tirinya menjual dirinya kepada seorang germo. Usianya padahal baru 28 tahun tapi raut mukanya seperti jauh lebih tua 10 tahun, ini timbul karena rasa lelah yang selalu dipendamnya, tak pernah mampu ia bagi kepada siapapun. Baginya hidup hanya malapetaka, tak ada kebahagiaan. Mereka bilang dirinya adalah sampah masyarakat, mereka bilang dia adalah pelacur, mereka bilang dia adalah manusia kotor, dan mereka bilang dia pantas mati… Namun, tak pernah ada yang mau mengerti dirinya seperti ini karena ulah laki-laki juga.. Sebilah pisau dapur yang masih sangat tajam siap membelah urat nadi tangannya, perempuan itu bersiap untuk mati.

**

Perempuan ke delapan..

Malam adalah sahabat terbaiknya yang selalu setia untuk menemani hayalannya. Di dinding kamarnya banyak sekali foto sang lelaki pujaan yang selama ini di kagumi, namun tak pernah di katakan. Cinta adalah rahasia, perempuan muda ini tak pernah berani untuk mengungkapkan. Karena rasa malu, perempuan ini memutuskan untuk berdiam diri. Menahan sakit sendirian ketika melihat sang pujaan menggandeng perempuan lain, merasakan kebahagiaan ketika sang pujaan terlihat gembira. Menurutnya cinta yang dirasakannya adalah sangat tulus, tak mengharapkan apa-apa. Sampai kini dia tak pernah membagi cinta untuk lelaki lain, hanya untuk pujaan hatinya. Rasa malu tetap membungkus perasaan cintanya, hingga tanpa terasa di usianya yang senja dia tetap begitu, dan tidak pernah menikah, dia hanya menginginkan lelaki itu.

**

Perempuan ke Sembilan

“Nanti laporannya saya kirim ya, sekalian juga sama proposal yang baru diselesaikan agar proyek itu bisa segera kita dapatkan. Okeh, saya tunggu besok dikantor..” “ Sore ini saya ada presentasi penting, saya sibuk jangan ganggu saya , Ok?! Klik..!” “ Seminggu saya akan dinas ke Surabaya, tolong carikan hotel yang terbaik disana dan dekat ke lokasi kantornya juga” Bla.. Bla.. Kesibukannya terus menggunung. Namun ketika sang Ibu memintanya untuk segera menikah maka jawabannya selalu saja.. “Saya sibuk bu, karir saya yang terpenting dan bukanlah menikah…” Ibunya sedih mendengar jawaban puterinya itu. *** Melalui tulisan ini saya meysakini bahwa setiap perempuan mempunyai rahasianya sendiri yang tak akan pernah bisa dibagi kepada sisapapun kecuali kepada kematian.

Rancaekek, 7 Agustus 2011. pukul 12; 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar