Jumat, 30 Januari 2015

Keajaiban dari doa


“Doa adalah senjata orang muslim” hadist ini betul sekali. Tentu masing-masing dari kita pernah merasakan dari keajaiban doa ini, entah itu mungkin dari yang asalnya sakit jadi sembuh, dari asalnya putus asa jadi optimis, dari miskin menjadi kaya dan banyak contoh lainnya.
Sedikit pengalaman yang ingin saya bagi, mudah-mudahan bisa menjadi penyemangat bagi semuanya, termasuk bagi saya sendiri agar bisa terus mengingat begitu luas karunia Allah SWT dan sesuai firman-Nya :
“ bersama kesulitan ada kemudahan, dan bersama kesulitan ada kemudahan” (Qs. Al-insyirah 5-6)
Keajaiban pertama yang pernah saya alami adalah ketika ingin sekali kuliah. Bukan karena masalah biaya, tapi saya begitu menyadari keterbatasan otak dalam hal pelajaran, terutama pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Akuntansi dan Ekonomi (hihi… maaf kebanyakan >< ‘), di luar pelajarann itu saya suka terutama Sejarah, PKN, Agama dan Bahasa Indonesia.
Setiap pembagian raport tiba adalah moment paling mendebarkan dalam hidup saya, karena setiap usia dibagi rapor dan pulang ke rumah pasti Mamah men-Damprat pipi saya ( Plak..!.), hasil Matematika, Bahasa Inggris dan Akuntansi saya selalu merah. Entah bagaimana pikiran saya saat itu sampai saat ini pun saya tidak mengerti kenapa kejadian Damprat itu selalu terulang setiap tahun. Hahaha…
Tibalah untuk ujian masuk Universitas, di sanalah saya benar-benar baru punya keinginan untuk belajar, tapi mungkin sudah telat karena dalam waktu singkat harus menjejal semua pelajaran yang saya tidak suka. Iseng-iseng ikut PMDK tidak lolos, hiks.. beruntunglah saya adalah orang yang punya potensi ‘semangat 45’, gagal di PMDK saya berjuang di SPMB. Kala ujian SPMB ini sumpah, saya sambil merem saat mengisi Matematika dan Bahasa Inggris. Jujur, angka-angka dan huruf di kertas itu bagaikan sisa-sisa nasi yang berserakan, ingin sekali menyapunya. Sambil menunggu pengumuman selama kurang lebih sebulan lamanya, saya betul-betul pasrah. Terbayang sudah saya gagal, mungkin masa depan saya ada di kursi pelaminan atau tidak sedang menggunting rambut orang di salon. Heu..
Doa! Y a saya berdoa sangat keras. Semua salat sunah saya kerjakan, dari mulai solat Dhuha, Solat tahajud dan sholat hajat. Tak lupa, berzikir dan mengaji surat Al-Waqiah (sampai saya hafal surat Al-Waqiah). Setiap salat dan mengaji air mata selalu berlinang… sumpah ini nggak lebay!.
Sebulan kemudian…
Tak ada namaku di Koran yang saya beli sebelum azan shubuh. Saya gagal SPMB! Saya putus asa? Tidak! Saya harus kuliah bagaimana pun caranya!. Doa lebih saya perkuat. Keajaiban pun datang, tak lama setelah hari pengumuman SPMB datang, tiba-tiba Pak Pos datang. Alangkah bahagianya saya ternyata si Pak Pos mengantar sebuah surat.
Ini bukan sembarang surat, melainkan surat lulus PMDK jalur khusus (berhubung penambahan kuota) apalagi dari Universitas yang saya inginkan dan jurusan yang saya sangat sukai. Alhamdulillah, lewat doa Allah memberiku jawaban dan kesempatan kedua. Rezeki yang tidak disangka-sangka bukan? Saat itu saya berjanji akan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Nazar saya lunas, terbukti saya lulus tepat waktu bahkan bisa di bilang paling awal dari pada teman-teman yang lain dengan IPK yang sangat memuaskan.
Keajaiban kedua saat saya tengah begitu didesak untuk menikah oleh keluarga, berhubung usia saya sudah 24 tahun, sudah saatnya menikah. Kala itu saya naksir berat sama teman sepekerjaan saya, hanya saja lelaki itu terus menggantung hati saya di pohon beringin hahaha… dia tidak pernah memberi saya kepastian, malah mundur seribu langkah ketika di ajak ke arah serius. Lalu ada juga pilihan lain dari keluarga, lelaki yang masih kerabat. Statusnya duda dan usianya jauh lebih tua dari saya. Saya pun menolaknya dengan perjuangan yang cukup berat karena harus berselisih dengan keluarga yang cenderung memaksa. Apa karena dia duda? Atau sudah berumur? Tidak! Sama sekali bukan itu alasannya. Satu saja yang bisa saya ungkapkan yakni hati saya tidak ridho. Bukan karena tidak cinta, karena saya selalu berprinsip cinta itu bisa ditumbuhkan setelah pernikahan. Intinya saya tidak pas dengannya, dan seperti ada dorongan yang sangat kuat untuk menolaknya.
Suatu ketika saat saya lelah dengan urusan hati ini, dalam satu tahajud saya berdoa dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan yang seikhlas-ikhlasnya tanpa ada todongan serta pemaksaan kepada Allah agar saya di jodohkan dengan si anu atau si anu. Posisi hati saya begitu netral. Kira-kira begini doanya :
“Ya Allah… berikan saya jodoh yang terbaik menurutmu, baik bagi agamaku, akhiratku dan masa depanku. Pokoknya hamba pasrahkan kepadaMu..”
Apa yang terjadi???
Doa super ikhlas itu terjawab begitu singkat. Esok harinya adik saya menelepon, memberitahuku bahwa seorang ikhwan yang 2 tahun lalu pernah memberikan biodata ta’arufnya padaku, yang biodata serta fotonya itu saya buang mentah-mentah, dan saya pun menolaknya karena urusan yang tidak syar’I malah kembali menawarkan ta’aruf. Padahal… saya pernah menolaknya, menghinanya, dan kami tidak pernah bertemu sama sekali, tidak pernah berkomunikasi dan terlebih saya tidak pernah terlintas untuk mengingat-ingatnya sama sekali (jujur saya sudah lupa dengan ikhwan ini). Namun entah kenapa ikhwan ini malah kembali mengajak ta’aruf setelah sekian lama, padahal saat ini dia bisa saja mencari atau memilih akhwat lain. Tapi dia malah kembali padaku .. ah, terharu… prikitiw!
Seperti ada kekuatan maha dahsyat yang menggerakan hati kami dan proses yang kilat. Ya, kami hanya butuh 3 bulan sampai pada pernikahan, dengan proses yang mendapatkan kemudahan. Padahal saat itu sebuah musibah terjadi, yakni Bapak yang tiba-tiba kena serangan jantung. Sempat berfikir untuk mengurungkan niat pernikahan, dengan alasan masih dalam keadaan prihatin atas kejadian yang bapak alami. Saya berfikir, biaya bapak tidaklah sedikit. Namun keajaiban terjadi, Askes yang dimiliki bapak sangat bermanfaat. Operasi dan biaya rumah sakit bapak ditanggung Askes.
Namun, saya masih terjebak dalam fikiran untuk mundur dari pernikahan, mungkin untuk beberapa tahun ke depan, sampai kondisi rumah dan keluarga kembali kondusif. Entah… entah kekuatan apa yang menggerakan semuanya, hingga berbagai rintangan bisa diterjang. Apakah aku mencintainya? Jawabannya tidak sama sekali, namun ada sesuatu keyakinan yang kuat…
Akad nikah pun terlaksana… setelah apa yang sebelumnya terjadi… jika Allah berkehendak maka “Kun Fayakun” “ maka jadilah!”… langsung saya tersadar oleh kilasan kenangan 5 tahun silam.
Saat di sebuah toko di dekat kampus, saya menemukan sebuah buku yang berjudul Cinta yang terlambat, di sampul buku tersebut tertulis kata yang sudah begitu membuat saya jatuh cinta sampai hari ini..
“Sebagian orang berdoa agar mereka bisa menikahi lelaki yang mereka cintai, doaku sedikit berbeda, dengan lembut aku memohon kepada tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi..”
Keajaiban ke tiga adalah saat saya harus di rawat karena terkena Hiperemesis, usia kehamilan saat itu 4 bulan. Tanpa gengsi saya akan katakan di sini, suami saya saat itu masih karyawan kontrak di perusahaan BUMN. Tentulah gaji yang didapatkan jauh dengan karyawan tetap. Terlebih kami LDR an karena saya pun masih terikat kontrak di salah satu sekolah swasta.
“Kang, gimana untuk biaya rumah sakit? Aku takut tabungan kita tidak cukup. Apalagi itu untuk lahiran nanti, masa harus kepakai..” tanyaku sambil mata berkaca-kaca.
“sudahlah, kamu jangan pikirkan soal biaya..” hanya itu jawaban yang selalu di jawab oleh suami.
5 hari di rawat.. tibalah penebusan dosa eh, adiminitrasi maksudnya.
“berapa kang semuanya?” Tanyaku.
“ dua juta empat ratus, Alhamdulillah dapat tambahan rezeki kemarin” jawabnya.
“dari mana?” aku bertanya heran.
“temanku, dia minta bantuan untuk menyelesaikan masalah laporan pajak yang tertunda selama 2 tahun. Untuk ucapan terima kasihnya dia memberikan upah..”
“alhmdulillah..” sungguh, doa dan kecemasanku terjawab.
“insya allah, bulan depan juga dapat rembesan dari perusahaan..” itu lebih menenangkanku.
Ya… benar menurut firman Allah swt.. “berdoalah, niscaya aku kabulkan..”
Lantas, masihkah kita mengabaikan kekuatan doa???

Rancaekek, 27 Januari 2015.
Maryanah_strong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar